Minggu, 27 April 2014

kisah sahabat nabi Thufail bin Amr ad Dausi RA



Thufail bin Amr ad Dausi RA

        Thufail bin Amr ad-Dausi, seorang bangsawan yang mulia dan bijaksana sekaligus penyair cendekiawan dari bani Daus di Yaman. Ketika ia datang di Mekah, segera saja orang-orang Quraisy menemuinya dan memperingatkannya dari Nabi SAW, dari kata-kata beliau yang mempesonakan, yang dianggapnya sebagai sihir yang hendak memecah-belah seseorang dengan keluarganya. Memisahkan seorang ayah dari anaknya, seorang istri dari suaminya, bahkan dirinya sendiri dari kaumnya. Mereka menyarankan agar Thufail tidak berbicara dan mendengarkan ucapan Nabi SAW. Mereka khawatir kalau peristiwa yang terjadi di Mekah itu akan menimpa Bani Daus, kaumnya Thufail.
            Orang-orang Quraisy begitu gencar mengingatkannya sehingga ia menetapkan diri untuk tidak menemui Nabi SAW. Tetapi ternyata takdir menentukan nasibnya, suatu hari Thufail pergi ke Ka'bah, dan pada saat yang sama, Nabi SAW sedang berada di sana. Tanpa sengaja ia mendengarkan kata-kata Rasulullah SAW, dan itu amat berkesan di hatinya.
Hati kecilnya terusik, "Bagaimanapun aku seorang cendekiawan dan penyair, aku dapat mengenal mana yang baik dan mana pula yang buruk. Apa salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan orang itu! Jika ternyata baik akan kuterima, kalau buruk akan kutinggalkan."
Ia mengikuti Rasulullah SAW sampai ke rumah beliau dan bertamu, kemudian menceritakan tentang apa dikatakan kaum Quraisy kepadanya dan apa yang terlintas dalam hatinya itu. Nabi SAW memaklumi sikap orang-orang Quraisy tersebut, dan menjelaskan tentang risalah  Islam kepadanya. Beliau juga membacakan beberapa ayat-ayat Quran. Akal sehatnya tidak bisa lagi tertutup dari kebenaran, Thufail langsung memeluk Islam saat itu juga.
Thufail adalah seorang tokoh yang ditaati oleh kaumnya, Bani Daus, ia meminta ijin Nabi SAW untuk mendakwahkan Islam kepada kaumnya, dan beliau menyetujuinya. Ia juga meminta Nabi SAW mendoakannya agar Allah SWT memberikan suatu tanda sebagai penolong dalam usaha dakwahnya, dan beliau juga mendoakannya.
Dalam perjalanan pulang ke kaumnya, ia kemalaman di suatu tempat di antara dua gunung. Dalam kegelapan malam itu, tiba-tiba muncul sinar di antara dua matanya. Thufail merasa ini adalah pengabulan doa Nabi SAW atas tanda yang dimintanya. Tetapi ia khawatir kalau adanya sinar di wajahnya justru dianggap kaumnya sebagai hukuman karena ia memecah belah kaumnya dengan dakwah islamnya itu, karena itu ia berdoa kepada Allah agar sinar itu dipindahkan dari wajahnya. Allah mengabulkan doanya, dan sinar itu berpindah ke ujung cambuknya.
Ketika sampai di kalangan kaumnya, pertama kali ia mendakwahi keluarganya. Ayah dan istrinya menyambut ajakannya memeluk Islam, sedang ibunya menundanya. Tidak mudah bagi Thufail mengajak kaumnya memeluk  Islam, beberapa orang bahkan mendustakan dan memusuhinya karena dakwahnya tersebut.
Setelah beberapa waktu lamanya berdakwah hanya beberapa orang saja menyambut ajakannya memeluk Islam, sebagian besar malah memusuhinya. Ia kembali menemui Nabi SAW di Makkah, dan berkata, “Ya Rasulullah, doakanlah kebinasaan untuk Bani Daus, karena kebanyakan dari mereka mendustakanmu…!!”
Nabi SAW tersenyum mendengar permintaan Thufail tersebut, kemudian mengangkat tangan beliau dan berdoa, "Ya Allah, berilah hidayah kepada Daus.."
Setelah itu beliau berpaling kepada Thufail dan bersabda, "Kembalilah engkau kepada kaummu, serulah mereka kepada Islam dengan lemah lembut."
Thufail sangat terkesan dengan sikap beliau tersebut. Ia segera kembali ke kampungnya, dan mendakwahi kaumnya dengan sabar dan lemah lembut. Pada tahun 7 hijriah, ia berhijrah ke Madinah dengan tujuhpuluh atau delapanpuluh keluarga yang semuanya telah memeluk Islam, termasuk di antaranya Abu Hurairah. Saat itu Nabi SAW dan sahabat-sahabat beliau sedang dalam peperangan Khaibar, maka mereka, kecuali wanita dan anak-anak, segera menyusul dan ikut terjun dalam pertempuran melawan kaum Yahudi tersebut.
            Thufail meninggal pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash Shididiq, ia syahid dalam perang Yamamah, peperangan dalam rangka menumpas nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab.

Kisah Islamnya Sahabat Tufail bin Amr Ad-Dausy ra
Tufail bin Amr Ad-Dausy merupakan seorang pimpinan kabilah ( Daus ) dimasa jahiliyah
, seorang yang terkemuka dikalangan bangsa arab. Ia merupakan seorang yang dermawan, tatkala orang fakir miskin datang kepadanya untuk meminta bantuan ia pun dengan segera memberinya, begitupun dengan orang yang meminta perlindugan kepadanya, ia lindunginya dari ketakutan yang menimpannya. Disamping itu ia dikenal sebagai pribadi yang pintar, cerdas , seorang penyair yang handal, hatinya yang begitu lembut sehingga tidak sulit untuk merangkai kata kata syair yang indah.
Berkata Tufail :

Suatu ketika saya mengadakan kunjungan ke mekkah, lalu saya melihat pimpinan pimpinan quraisy,
sampai mereka bertemu dengan saya, kedatangan saya pun  mereka sambut dengan sebaik baiknya sambutan, lalu mereka menempatkan saya ditempat yang paling mulia.

Kemudian berkumpullah para pimpinan dan petinggi mereka kepada ku seraya berkata :

Wahai Tufail, sesungguhnya engkau telah berkunjung ke negri kami, dan ini seorang laki laki yang menganggap dirinya sebagai nabi , dia telah merusak kondisi kami, merobek persatuan kami, dan mencerai berai jamaah kami, sesungguhnya apa yang kami takutkan yaitu dia akan memisahkan kamu dan memisahkan kepemimpinan kamu dari kaum mu sebagaimana yang telah ia lakukan terhadap kami. Maka janganlah sampai seseorang pun dari kaum mu berbicara dengannya, dan jangan juga mendengarkan sesuatu pun darinya, karena sesungguhnya ia memiliki perkataan seperti sihir : memisahkan antara anak dengan bapaknya, begitupun antara saudara dengan saudaranya, begitupun antara istri dengan suaminya.

Lalu tufail berkata :
Demi Allah , selama itu mereka terus menerus menceritakan kepada saya mengenai berita berita yang aneh mengenai dirinya, dan menakut nakuti saya dan kaum saya dengan kaanehan perbuatannya, sampai sampai saya berazam dan memutuskan supaya tidak mendekat kepadanya, dan tidak berbicara barang satu katapun maupun mendengarkan sesuatu darinya.
Setelah keesokan harinya , saya pun berangkat pergi kemasjid untuk melaksanakan tawaf disekitar ka'bah, dan bertabaruk dengan patung patungnya sebagaimana kita melaksanakan haji dan mengagungkan mereka. Lalu saya tutup kuping saya dengan kapas, karena saya khawatir  bilamana tiba tiba saya mendengarkan sesuatu dari perkataan muhamad.
Akan tetapi tatkala saya masuk kedalam masjid,saya dapati ia sedang berdiri mendirikan sholat menghadap ka'bah yang sholatnya itu berbeda dengan sholat yang kita lakukan, dan mendirikan ibadah yang berdeda dengan ibadah yang kita kerjakan, lalu saya terpikat dengan pemandangannya,  dan saya ikuti gerakan ibadahnya, lalu saya dapati diri saya mendekat kepadanya, sedikit demi sedikit tanpa saya bermaksud untuk berbuat demikian sebelumnya , sampai suatu saat saya telah dekat sekali dengannya. lalu Allah menggerakan hatiku sampai telinga saya mendengarkan sesuatu dari apa yang ia katakan, lalu saya pun mendengarkan perkataannya, tidak ada satu katapun yang ia keluarkan dari mulutnya kecuali yang baik,tiba tiba saya berkata didalam diri saya sendiri  :

Wahai Tufail, kamu kehilangan ibumu dengan kematian,  sesungguhnya kamu itu seorang penyair  yang cerdas , tidaklah tersembunyi dari mu mana itu yang baik maupun yang buruk, lalu apakah hal yang menghalangi mu untuk mendengarkan sesuatu dari seorang apa yang ia katakan….
Apabila yang ia katakan itu baik maka saya akan terimanya, dan apabila itu jelek maka saya tinggalkannya.

kemudian saya berdiam diri sesaat sampai Rosulullah saw kembali ke rumahnya, lalu saya pun mengikutinya sampai beliau masuk kedalam rumahnya, lalu saya pun masuk dan berkata :

Wahai muhammad, sesungguhnya kapas agar tidak mendengar perkataan mu, kemudian Allah menolaknya kecuali sampai diperdengarkannya sesuatu darinya, dan saya mendapatinya itu baik…maka jelaskan lah kepadaku perkara mu.

Kemudian Rosulullah saw memaparkan kepada saya perkaranya, lalu beliau membacakan surat al ikhlas dan al falaq kepada saya,  demi Allah tidaklah saya pernah mendengar sesuatu yang lebih baik dari perkataannya, dan saya tidak pernah melihat perkara yang lebih adil dari perkaranya…disaat itu saya ulurkan tangan saya kepadanya, dan saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rosulullah , lalu saya masuk kedalam islam.

Kesimpulan dari kisah di atas :
1.       Para musuh islam sampai kapan pun tidak akan ridho islam itu tegak dimuka bumi, mereka menggunakan berbagai cara untuk melenyapkan cahaya islam dari dunia ini dan umat islam masuk kedalam agama mereka, hal ini telah Allah swt jelaskan didalam Al Quran, Allah swt berfirman :

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.  ( Al Baqarah : 120 )

2.       Sesungguhnya hidayah itu datangnya hanya dari Allah swt saja, maka apabila kita tidak mendapatkan respon yang baik, kita jangan sampai putus asa dan menyerah dalam berdakwah, tugas kita hanyalah menyampaikan islam, sedangkan yang memberikan mereka hidayah yaitu hanya Allah swt. Siapa yang masuk islam maka dia telah mendapatkan suatu anugrah yang besar. Sebagaimana firman Allah swt :

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya ( AL- Baqarah : 272 )

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). ( Al- Baqarah : 269 kaum mu telah berkata kepadaku mengenai engkau begini begini. Demi Allah!  apa yang mereka jelaskan kepada saya membuat saya takut dari perkara mu sampai saya tutup kedua telinga.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu pagi Thufail pergi ke masjid hendak tawaf di Ka’bah, dan mengambil berkah dari berhala-berhala yang ia puja.

Hal seperti itu biasa dia lakukan ketika musim haji. Ia menyumbat telinganya dengan kapas, karena takut mendengar suara Nabi Muhammad dan pengikutnya.

Tetapi ketika masuk ke masjid, ia melihat Rasulullah sedang shalat dalam Ka’bah. Thufail terpesona melihat shalat Nabi yang tidak sama dengan shalatnya. Sedikit demi sedikit ia bergerak menghampiri beliau, sehingga akhirnya ia berada dekat sekali dengan Rasulullah. Allah SWT menakdirkan Thufail mendengar apa yang dibaca Nabi.

Thufail berkata kepada dirinya sendiri, “Betapa celakanya engkau, hai Thufail! Engkau seorang pujangga dan penyair. Engkau tahu membedakan mana yang indah dan yang buruk. Apa salahnya kalau engkau dengarkan dia bertutur? Mana yang baik boleh engkau ambil, mana yang buruk tinggalkan!”

Thufail bagaikan terpaku di tempatnya. Ketika Rasulullah pulang, ia pun mengikutinya sampai ke rumah dan menemuinya. Di hadapan Rasulullah ia bertanya, “Ya Muhammad, sesungguhnya kaum anda berkata kepadaku tentang diri anda begini dan begitu.”

“Mereka menakut-nakutiku dengan urusan agama anda. Oleh karena itu, aku menyumbat telingaku dengan kapas agar tidak mendengar sesuatu dari anda. Tetapi Allah menghendaki supaya aku mendengar sesuatu dari anda. Ternyata, apa yang anda ucapkan semuanya benar dan bagus. Maka ajarkanlah kepadaku agama anda itu!”

Rasulullah mengajarkan kepadanya agama Islam. Dibacakannya Surah Al-Ikhlas dan Al-Falaq. Sejak saat itu, Thufail masuk Islam. Dan menetap di Makkah beberapa lama, mempelajari agama Islam. Ia menghafal ayat-ayat Alquran yang dapat ia hafal.

Ketika bermaksud hendak kembali kepada kaumnya, Thufail berkata, “Ya Rasulullah, aku ini pemimpin yang dipatuhi oleh kaumku. Aku bermaksud hendak kembali kepada mereka dan mengajak mereka masuk Islam. Tolonglah doakan kepada Allah SWT, semoga Allah memberiku bukti-bukti nyata yang dapat memperkuat dakwahku kepada mereka, supaya mereka masuk Islam.”

Rasulullah SAW pun segera berdoa agar Thufail dijadikan baginya tanda supaya kaumnya semakin percaya kepada Thufail.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar